Muharraman, Obyek Wisata Guci Tegal Adakan Pentas Budaya
2408 kaliSejak aktivitas Gunung Slamet meningkat dari level waspada ke siaga, jumlah pengunjung Obyek Wisata Pemandian Air Panas Guci menurun drastis hingga 50 persen.
Untuk mendongkrak jumlah pengunjung dan memenuhi target pendapatan wisata Rp. 3,05 miliar tahun ini, UPTD Guci dan masyarakat setempat akan mengadakan pagelaran budaya dan ruwat bumi.
Kegiatan tersebut akan melibatkan masyarakat setempat, yakni dari Desa Rembul, Kecamatan Bojong dan Desa Guci, Kecamatan Bumijawa. Kegiatan tersebut sebenarnya merupakan acara tahunan yang digelar setiap 1 Muharram (Syura) atau tahun baru Hijriyah.
Namun, karena pelaksanaannya bertepatan dengan status gunung yang tengah meningkat dan jumlah pengunjung wisata relatif menurun, momentum tersebut sengaja dimanfaatkan UPTD Guci untuk menjadi daya tarik yang bisa menarik para wisatawan.
"Berbagai pertunjukan seni dari masyarakat lokal akan digelar. Misalnya tari endel dan kunthulan. Selain itu, seperti biasa juga digelar ritual memandikan kambing kendit di pancuran 13," kata kepala UPTD Pariwisata Guci Abdul haris kemarin.
Haris mengemukakan, kegiatan tersebut direncanakan tidak tepat pada 1 Muharram yang jatuh pada 25 Oktober. Namun akan digelar pada 29 Oktober. Pada hari libur 1 Muharram, bertepatan dengan akhir pekan, sehingga biasanya pengunjung melonjak dengan sendirinya.
"Kegiatan digelar pada Rabu atau pertengahan pekan. Hari-hari biasa selain akhir pekan dan tanggal merah, pengunjung biasanya sepi. karena itu, kami menggelar kegiatan tersebut di pertengahan pekan untuk menarik para pengunjung dan mensosialisasikan bahwa Guci aman dikunjungi," lanjutnya.
Dia menuturkan, aktivitas vulkanik Gunung Slamet tidak membahayakan Obyek Wisata Guci, karena berjarak cukup jauh dari puncak. Selain itu, pihak UPTD sendiri secara rutin mengecek suhu air panas Guci agar warga tidak was-was.
Sementara itu, lanjut dia, ruwat bumi biasanya diawali dengan mengarak dua gunungan hasil bumi dan sembilan tumpeng, ondel-ondel, dan seekor kambing kendit keliling desa. Arak-arakan tersebut diiringi dengan lagu shalawatan dan musik rebana atau qasidah.
Sumber: Radar Tegal 8 Oktober 2014
comments powered by Disqus