Sedekah Laut Muarareja, Kota Tegal
4098 kaliWilayah di sepanjang pesisir pantai, terutama Pantai Utara alias Pantura, memiliki tradisi sendiri selama bulan Muharram atau bulan Suro dalam penanggalan Jawa. Tradisinya pun memiliki keunikan sendiri dengan tujuannya yang sama, yaitu sebagai ungkapan rasa syukur warga pesisir atau nelayan atas hasil laut yang melimpah. Sama halnya di Muarareja, Kecamatan Tegal Barat, Kota Tegal. Daerah yang penduduknya sebagian besar bermatapencaharian sebagai nelayan ini juga tak lepas dari tradisi ini.
Tradisi sedekah laut yang diselenggarakan di Muarareja ini diawali dengan arak-arakan ancak yang berisi kepala kerbau/ kambing, hasil laut, hasil bumi seperti buah atau sayuran yang dihias sedemikian rupa hingga menarik, ancak tersebut disemayamkan semalam disebuah tempat umum atau biasanya di Balaidesa Muarareja. Keesekoan harinya, ancak didoakan oleh tetua adat & perangkat desa untuk kemudian dilarung ke laut.
Ancak yang sudah dilarungkan merupakan pertanda bahwa acara berebut ancak dimulai. Spontan, nelayan yang sudah menunggu di tengah laut, berkejar-kejaran dengan menggunakan perahu untuk mendapatkan ancak tersebut. Perahu-perahu melewati aliran air dii antara hutan bakau yang rindang. Sebagian orang percaya jika mendapatkan air dari ancak tersebut, kemudian disiramkan ke seluruh badan kapal , maka ke depannya, hasil ikan yang didapat akan lebih banyak. Senggol-senggolan antar perahu juga tak bisa terelakkan. Pekikan, teriakan, bahkan sorakan penumpang turut meramaikan tradisi ini. Tua, muda, laki-laki, maupun perempuan tumpah ruah tak mau ketinggalan.
Bagi yang tak percaya dengan mitos, tradisi ini menjadi sebuah agenda hiburan tahunan yang tidak pernah terlewatkan. Perahu-perahu yang mengikuti tradisi ini jauh-jauh hari sudah dihias semenarik mungkin tidak seperti pada hari-hari biasanya. Bagi warga atau wisatawan yang ingin mengikuti sensasi "balap perahu" pun bisa ikut menaiki perahunya lho. Faktor keselamatan tetap menjadi nomor satu.
Sedekah laut ini selain sebagai ungkapan rasa syukur warga, juga sebagai wadah silaturahmi dan gotong royong. Semua biaya penyelenggaraan tradisi ini ditanggung bersama-sama. Tidak ada patokan khusus. Acaranya pun tak harus mewah seperti tradisi serupa di tempat lain, namun mereka percaya, bahwa tradisi ini jika terus lestari akan memberikan semangat tersendiri bagi nelayan Muarareja.
Terima kasih Azahra al Adawiyah
comments powered by Disqus