Disbudpar Provinsi Jateng Tilik Potensi Wisata Religi Kota Tegal
3754 kaliSelain memiliki kekayaan potensi wisata alamnya, di Jawa Tengah (Jateng) menyimpan potensi wisata religi yang tak kalah menarik. Wisata Religi baik berupa bangunan masjid, gereja bersejarah, makam tokoh, dan klenteng.
Klenteng Tek Hay Kiong Kota Tegal, kini rutin mengadakan ritual budaya hingga menyedot perhatian masyarakat luas. Klenteng Tek hay Kiong sudah berusia ratusan tahun, dan hal tersebut menarik perhatian Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Jateng sehingga datang dan mengunjunginya, Rabu (25/3).
Bersama mereka, turut pula rombingan pejabat dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 10 Kota/ Kabupaten se-Jateng, diantaranya Klaten, Kudus, Kendal, Brebes, Pekalongan, Pati, Demak, Jepara, dan Semarang. Acara kunjungan dipimpin Kasie Pengembangan Produk Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jateng, Ir. Prambudi Traju Trisno, MM., M.Si.
Kedatangan rombongan diterima Ketua Yayasan Tri Dharma Tegal (YTDT) Kwee Hong Koen dan Tosu Chen Lie Wei. Kwee Hong Koen selaku ketua YTDT menjelaskan tentang sejarah berdirinya Klenteng Tek Hay Kiong.
Menurut Kwee Hong Koen, Klenteng Tek Hay Kiong didirikan tahun 1740 oleh Kwee Lak Kwa yang mendapat gelar dari Kaisar Tiongkok, Tek Hay Cin Jin. Tek Hay Cin Jin artinya manusia yang memiliki kesejatian seluas lautan. Menurut ajaran Taoisme, Tek Hay Cin Jin adalah manusia sejati yang datang dari laut dan kebajikannya seluas lautan. Sedangkan arti nama Klenteng Tek Hay Kiong adalah klenteng lautan kebijakan, yang menjadi rumah bagi Kongco Tek Hay Cin Jin.
Tek Hay Cin Jin merupakan tokoh berjiwa pemberani, rajin, dan ramah. Dia utusan negeri Tiongkok untuk melakukan perdagangan di sekitar kota-kota pesisir utara Pulau Jawa, termasuk Kota Tegal. sekitar tahun 1733. Selain melakukan perdagangan, Tek Hay Cin Jin juga membagikan ilmunya untuk dibagikan kepada masyarakat setempat, seperti ilmu pengetahuan bercocok tanam, cara berdagang, dan lainnya. Hal ini yang membuat Tek Hay Cin Jin sangat disegani dan dihormati masyarakat pesisir utara.
"Keberadaan tokoh Kwek Lak Kwa terkait erat dengan Tan Swie Jan, yang kemudian menjadi Bupati Pekalongan pertama dan Dewan Tuan Rumah Klenteng Pekalongan, yakni Kongco Kwee Lak Kwa," jelasnya.
Dalam kesempatan itu dijelaskan pula tentang manajemen klenteng. Menurut Kwee Hong Koen, pengelolaan manajamen dilakukan transparan dan lurus. Dengan begitu, para donatur akan percaya saat memberi bantuan. "Pengelolaan dana kita lakukan selurus-lurusnya", katanya.
Sementara, Prambudi Traju Trisno menyatakan kunjungan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengelolaan manajemen wisata religi di Jateng. Dan yang tak kalah penting, terciptanya kebersamaan dengan seluruh elemen masyarakat.
"Kunjungan ini untuk pengembangan pariwisata, khususnya wisata religi baik bangunan masjid, makam tokoh maupun klenteng", tutur Prambudi.
Setelah berkunjung ke Klenteng Tek Hay Kiong, rombongan bertolak ke Cirebon. Di Cirebon, rombongan mengunjungi Makam Sunan Gunung Jati.
Selain Klenteng Tek hay Kiong, di Kota Tegal terdapat sejumlah bangunan bersejarah. Jika dikembangkan sungguh-sungguh, berpotensi menjadi daya tarik wisata. Bangunan bersejarah di Kota Tegal yang hingga kini masih berdiri kokoh adalah Masjid Agung, Kantor Birao, Kantor Pos Besar, Gedung Lanal, dan Pengadilan Negeri.
Bahkan setiap tahunnya, rutin diadakan acara khaul untuk mengenang tokoh agama, yakni Mbah Panggung. "Jika serius digarap, pasti akan menarik minat wisatawan dari luar kota untuk berkunjung ke Kota Tegal," ucapnya (din/wan).
Sumber: Radar Tegal 27 Maret 2015.
comments powered by Disqus