Mandegnya Sektor Wisata Religi di Kabupaten Tegal

  1912 kali  

Setelah sempat di launching wisata religi dan sejarah oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan tahun 2012 lalu. Tapi dalam perjalanan waktunya wisata religi ini seakan jalan di tempat. Ini memerlukan sentuhan kerjasama antar SKPD terkait agar wisata religi ini bisa berjalan dengan baik. Lantas?

Laporan: Hermas Purwadi

Belum adanya komitmen dari Dindikpora untuk merangsang warga sekolah melakukan kunjungan wisata, membuat paket wisata religi dan sejarah ini belum dikenal dan dikembangkan sebagai tujuan wisata. Perlu dukungan pemkab untuk mempertemukan kembali Dinas Pariwisata Kebudayaan dan Dindikpora untuk mendongkrak wisata religi sejarah. Mengenalkan aset sejarah dan religi yang ada di wilayah Kabupaten Tegal sudah secara maksimal dilakukan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Diharapkan sektor wisata sejarah dan religi ini kedepan bisa turut menambah khasanah tempat tujuan wisata dan membuka peluang pemasukan bagi kas daerah.

Plt Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Chusnanufik F, S.E., melalui Kabid Kebudayan, Wuninggar mengakui paket wisata religi dan sejarah telah dipersiapkan dan di-launching bersamaan Dindikpora, Komisi IV DPRD, dan Arsip Daerah dua tahun silam. "Kami pun sudah menyiapkan pemandu di masing-masing titik wisata yang masuk dalam paket wisata religi sejarah. Namun sayangnya tidak ada langkah konkrit dari Dindikpora untuk mengajak siswa didiknya mengenal wisata religi sejarah tersebut. Otomatis wisata ini belum berjalan optimal sejalan dengan sepinya pengunjung," tuturnya.

Paket wisata religi sejarah itu telah disusunnya mencakup tokoh pembangunan Kabupaten tegal, Pangeran Hanggawana, wisata makam tokoh pendiri Kabupaten Tegal, Ki Gede Sebayu, wisata makam putra Sultan Agung, Pangeran Purbaya, Museum Sekolah, Masjid Agung, Perpustakaan Arsip Daerah.

"Kami sempat membuat surat pada Dindikpora untuk mendorong warga sekolah di semua tingkatan bisa mengenal dan mengunjungi wisata religi sejarah. Dengan harapan dari kunjungan tersebut dapat disebarluaskan pada masyarakat luas terkait adanya jenis wisata religi sejarah di sini. Namun rupanya belum ada respon serius dari dinas terkait untuk menghidupkan dan mendongkrak kunjungan wisata di sektor wisata religi sejarah," cetusnya.

Berkaca pada realita tersebut pihaknyamencoba menggelar sosialisasi pada guru ditataran SD hingga SMA terkait adanya obyek wisata yang hendak dikembangkan yakni Situs Semedo di Kedungbanteng. Diharapkan dengan sosialisasi langsung yang dilakukannya bisa memacu para tenaga pendidik untuk membawa siswa didiknya ke tujuan wisata baru tersebut. "Kami tidak patah arang. Harapan kami bupati bisa mempertemukan Dinas Pariwisata Kebudayaan dan Dindikpora untuk menghidupkan wisata religi sejarah yang ada di Kabupaten Tegal. Dengan dorongan pemkab tentunya ke depan khasanah budaya dan obyek wisata religi sejarah bisa semakin dikenal masyarakat di wilayah sendiri maupun berkembang di luar Kabupaten Tegal," tuturnya.

Proses pemeliharaan aset religi dan budaya hingga kini terus dilakukan pemkab lewat dukungan anggaran APBD II. Termasuk dukungan pembuatan pagar besi keliling dan pembuatan MCK di Museum Sekolah, sambil menunggu gelontoran dana dari provinsi.

Sumber: Radar Tegal 25 Februari 2014






comments powered by Disqus